Operasi pekat, polisi pergoki PNS sekamar dengan selingkuhannya

BaruMerdeka.com - Memasuki Bulan Ramadan, aparat Polrestabes Surabaya menggelar operasi pekat (penyakit masyarakat). Dalam operasi pekat, petuas mengamankan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Surabaya, dinas di pemerintah wilayah Kecamatan Karangpilang, Senin (29/5) malam terjaring operasi ramadan yang digelar polisi, dari unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Satpol PP Kota Surabaya. 

"Semuanya diamankan, karena tidak bisa menunjukan surat nikah. Termasuk anak dibawah umur juga masih diperiksa. Untuk yang PNS diserahkan ke Satpol PP," terang Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga, Selasa (30/5).

Oknum PNS tersebut diketahui berinisial RPHD, yang terkena operasi saat berada di sebuah Homestay D'beauty Cemerlang Jalan Bibis, Kecamatan Jambangan, Surabaya, bersama seorang pria yang diduga bukan suami resminya, diperkirakan mereka baru saja melakukan hubungan intim.

Lantaran, saat terkena gerebek, ditanya petugas, tidak bisa menunjukan surat nikah. Hanya menunjukan identitas diri, dan tercantum pekerjaannya seorang PNS. Saat itu juga langsung diamankan dibawa Satpol PP, untuk dilakukan penindakan secara internal.

Selain mengamankan seorang PNS, operasi Ramadan tersebut, petugas juga mengamankan tiga pasangan lainnya dari sebuah tempat kos Jalan Gunungsari. Bahkan, diantaranya ada yang masih pelajar SMA, sehingga harus diamankan dibawa ke kantor polisi, untuk menjalani pemeriksan penyidik PPA dibawah pimpinan AKP Ruth Yani.
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengamankan sejumlah pasangan remaja yang akan berbuka puasa di Taman Wana Winulang karena berpacaran melampaui batas norma yang berlaku pada Minggu (28/5).

Kepala Satpol PP Kulon Progo Duana Heru di Kulon Progo mengatakan, anggota Satpol PP mencurigai mereka telah melakukan tindakan yang melanggar norma yang berlaku di masyarakat.

"Kemudian, anggota Satpol PP menggunakan kamera tele untuk memastikan dan kemudian mengabadikan dengan jelas bahwa pasangan tersebut benar-benar pacarannya sudah melampaui batas," kata Duana, Senin (29/5). Dilansir dari Antara.

Dia mengatakan, tindakan mereka bertentangan dengan norma agama dan sudah melanggar Perda Nomor 4 Tahun 2013 tentang Ketertiban Umum. Pada perda tersebut diatur, setiap orang dilarang melakukan, memamerkan atau menyajikan secara eksplisit tindakan asusila di fasilitas umum.

Mereka adalah A (16) asal Hargorejo, Kokap dan T (16 ) asal Wates sama-sama bersekolah di salah satu sekolah kejuruan negeri yang sama di Kulon Progo. Mereka mengaku sudah delapan bulan berpacaran.

"Selanjutnya keduanya dibawa ke Kantor Satpol PP untuk diberikan pembinaan dan pengarahan dan diminta untuk membuat surat peryataan bahwa tidak mengulangi perbuatan tersebut," kata dia.

Setelah dimintai keterangan, keduanya masih di bawah umur dan masih berstatus pelajar, maka keduanya diserahkan kepada orangtuanya masing-masing. Orangtua yang laki-laki bisa dihubungi dan datang ke kantor untuk menjemput sedangkan yang perempuan diantar ke rumahnya. Petugas berpesan kepada orangtuanya agar membekali anak-anaknya dengan bekal agama yang baik dan dibarengi dengan pengawasan yang ketat.

"Kami juga memberi tahu Dinas Pendidikan provinsi agar meneruskan dan melakukan pembinaan ke sekolah," katanya.

Dia menambahkan, secara intensif akan melakukan pengawasan secara intensif taman yang ada di Kulon Progo, khususnya taman yang berpotensi untuk menjadi tempat tindak asusila.

"Kami akan melakukan pengawasan lebih ketat lagi. Pada bulan ramadan ini, kami juga melakukan patroli kantibmas setiap malam," katanya.