Wednesday, August 2, 2017

Ayah petenis Mark Philippoussis ditahan karena mencabuli atletnya


BaruMerdeka.com - Sheriff San Diego menangkap seorang lelaki yang merupakan pelatih tenis karena diduga mencabuli dua atletnya. Ternyata, lelaki itu adalah ayah dari mantan petenis dunia asal Australia, Mark Philippoussis.

Dilansir dari laman Associated Press, Rabu (26/7), pelatih tenis itu bernama Nikolaos Philippoussis (68). Dia dibekuk sheriff di rumahnya. Menurut aparat, Nikolaos disangka mencabuli kedua atlet didikannya berusia di bawah 14 tahun.

Sherif Letnan Greg Rylaarsdam menyatakan ternyata korban Nikolaos sudah banyak. Menurut dia kira-kira sudah ada selusin atlet menjadi korban kebuasan syahwatnya. Dia juga disangka melakukan hubungan intim dengan dua bocah masing-masing berumur di bawah sepuluh tahun.

Mark Philippoussis adalah petenis kawakan, dengan peringkat akhir pada posisi kedelapan dunia. Prestasinya adalah menjadi finalis dalam ajang Grand Slam. 

Sementara itu 
Pengadilan Melbourne, Australia, hari ini menyidangkan perkara pelecehan seksual disangkakan kepada Kardinal George Pell. Namun, penasihat keuangan pemimpin Vatikan, Paus Francis, itu masih mengelak dari tuduhan.

Dilansir dari laman ABC News, Rabu (26/7), ini adalah sidang perdana Pell. Dia adalah salah satu petinggi Vatikan senior diadili lantaran skandal pencabulan. Lelaki berumur 76 tahun itu diduga melakukan perbuatan lucah terhadap beberapa orang ketika masih bertugas di Negara Bagian Victoria beberapa tahun silam.

Sejumlah polisi mengawal dengan mengelilingi Pell sembari dia berjalan menuju ruang sidang.
Ketika masuk, Pell terlihat mengenakan setelan serba hitam khas pastor katolik. Dengan raut wajah masam, dia memilih bersembunyi dari pandangan hakim dengan duduk di belakang tim kuasa hukumnya. Pell cuma membisu ketika hakim memeriksa berkas perkara diajukan jaksa penuntut umum.

"Guna menghindari keraguan dan keingintahuan, Kardinal Pell akan menyatakan tidak bersalah atas segala dakwaan, dan tetap mempertahankan asas praduga tak bersalah," kata kuasa hukum Pell, Robert Richter.

Sidang Pell bakal dilanjutkan pekan depan. Di luar pengadilan, dua kelompok massa berkerumun. Yakni mereka yang mendukung dan menginginkan Pell dihukum.

Kasus ini bermula dari pengakuan dua lelaki, yang kini telah berumur 40-an. Keduanya mengaku Pell meraba-raba tubuh mereka saat berada di kolam renang pada 1970. Saat itu, Pell merupakan pendeta senior di Melbourne.

Ketika disinggung soal dugaan kejahatan membelit Pell, Paus Francis menyatakan tidak ingin terburu-buru mengambil kesimpulan.

"Kita harus menunggu keadilan dan tidak menghukum sebelum waktunya," kata Paus Francis.

Kepemimpinan Paus Francis mendapat sorotan tajam. Apalagi setelah gelombang pengakuan orang-orang menjadi korban pencabulan pendeta Katolik datang bertubi-tubi. Padahal, dia berjanji tidak bakal memberi toleransi terhadap kejahatan itu.

No comments:

Post a Comment