Tuesday, July 25, 2017

Pulihkan jiwa di Rumah Kita


BaruMerdeka.com - Hangatnya mentari mengiringi langkah seorang wanita berjilbab hitam dengan pakaian putih bercorak hitam, menuju rumah nomor 10 di Jalan Al Barkah, Manggarai Selatan, Jakarta Selatan. Setibanya di lokasi, senyum sumringah terpancar menyapa para penghuni.

Sekilas memang tidak ada keanehan dari bahasa tubuhnya. Dia berpakaian dan berdandan rapi. Namun, wanita itu bukan orang biasa. Dia tengah menjalani perawatan. Belakangan jiwanya tengah terganggu. Butuh rehabilitasi agar jiwanya tak lagi pergi.

Tak lama berselang, pria bertubuh tinggi besar, berkulit putih, datang diantar dengan motor. Raut wajahnya nampak seperti orang bingung. Tatapan kosong. Seolah memiliki masalah berat. Senasib dengan sebelumnya, pria ini juga mengalami guncangan kejiwaan.

Hari Senin pekan lalu itu ada delapan orang berkumpul. Setiap harinya lokasi ini menampung bagi mereka membutuhkan bantuan dan pendampingan untuk mengembalikan jiwanya.

Rumah Kita. Begitulah tempat rehabilitasi jiwa itu dinamakan. Lokasi ini juga dikenal sebagai Unit Informasi Layanan Sosial (UILS) di bawah kelola Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta. Fokus tempat ini memang merawat dan membantu bagi masyarakat mengalami gangguan jiwa.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Artinya para peserta memulai pelbagai kegiatan dan terapi penyembuhan. Mereka mengawali hari itu dengan senam sebagai pemanasan, sambil menikmati hangatnya mentari pagi.

"Satu, dua, tiga, empat," teriak para peserta penyembuhan jiwa menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri. Membuat saf dua baris, mereka kompak melakukan banyak gerakan senam.

Selesai melakukan pemanasan, para peserta masuk ke dalam rumah. Kegiatan selanjutnya, mereka diminta untuk menggambar. Tema 'Rumah Impian' dipilih. Semua diminta menggambar rumah impiannya. Beberapa orang langsung menggerakkan pensil warna di atas kertas putih. Dari para peserta, terlihat masih ada beberapa orang bingung dan enggan menggambar.
Waktu istirahat siang usai. Kegiatan selanjutnya, para peserta diminta ikut keterampilan mote. Mereka hanya melihat dan memperhatikan guru keterampilan. Pada tahap ini, para pengajar tidak memaksa para peserta ikut. Namun, peserta biasanya tertarik dan ikut mencoba tanpa diminta.

Meski begitu, ada saja peserta tak peduli dengan kegiatan mote ini. Mereka malah milih untuk tidur atau merokok di halaman. Ada juga lebih memilih membaca.

Tak lama, azan Asar berkumandang. Artinya sebentar lagi kegiatan rehabilitasi mereka segera usai. Mereka nampak tak sabar ingin segera pulang. Banyak di antara mereka sudah bersiap dengan merapikan bawaannya.

Dalam mengakhiri kegiatan, para pengajar masih memberi beberapa metode. Mereka diminta untuk menghafal nama dan alamat sesama peserta. "Kalau enggak hafal, enggak boleh pulang," canda Ria Poniastuti, salah seorang pengajar lainnya.

Mereka lantas memperkenalkan diri satu per satu. Setelah itu mereka ditunjuk untuk mengulang nama dan alamat rekannya sesama peserta rehabilitasi. Banyak tak berhasil menghafal. Akhirnya Ria membagi dua kelompok agar lebih sedikit menghafal. Ternyata berhasil. Mereka hafal dan riuh tepuk tangan gemuruh memenuhi ruangan.

Raut semringah terlihat saat Ria meminta salah seorang membaca doa sebelum pulang. Sehabis berdoa semua saling bersalaman dan pamit pulang. Sama seperti kedatangan. Ada di antara para peserta kembali ke rumah tanpa didampingi, tetapi banyak juga dijemput keluarganya.

No comments:

Post a Comment